Sabtu, 29 Desember 2012

POLYAMIDE (PA)



PA merupakan salah satu serabut sintesis. Menurut Klust (1983a), PA diproduksi dalam beberapa tipe yang berbeda sesuai dengan komponen kimia masing-masing serat sifat-sifatnya. Setiap tipe ditandai dengan suatu bilangan yang ditambahkan pada setiap nama umum dan penunjukkan jumlah atom karbon dalam komponen (monomer). Tipe PA yang umum di pasaran adalah PA 6.6 dan PA 6. Polyamide juga dikenal dengan nama dagang nylon.
Polyamide 6.6 mempunyai dua komponen, hexamethylene diamine dan adipic acid yang masing-masing mengandung 6 atom karbon. Serabut ini dikembangkan tahun 1935 oleh W.H. Carothers (USA) salah seorang ilmuwan terkenal dalam bidang ilmu kimia tentang macro molecules.  Adapun PA 6, pada awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon dibuat dari satu monomer yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom karbon dan dikembangkan tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman bernama P. Schlack.
Klust (1983a) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam bidang perikanan tidak ada perbedaan antara kedua tipe PA tersebut. Karena secara praktis mempunyai sifat-sifat mekanis yang sama. Benang dan jaring yang berasal dari PA 6 atau PA 6.6 bila dibuat dengan cara yang persis sama akan sama baiknya.
PA memiliki kekuatan putus tertinggi pada kondisi bersimpul dan basah. Selain itu PA juga bersifat elastis, berdiameter kecil dan tahan gesekan. PA diklasifikasikan sebagai crystalline polymer. Bentuk area crystalline disebabkan oleh kelompok amida dari polimer menjadi polar. PA memiliki sifat, bahwa beberapa atom tidak membagi elektron dengan jumlah yang sama. Air yang merupakan molekul polar. Ketika molekul PA berinteraksi dengan air, maka terbentuk rantai lemah antara keduanya. Jika proses tersebut berlanjut, molekul air akan berdifusi masuk ke dalam material melalui pori-pori dan menekan rantai polimer sehingga terlepas. Hal ini menyebabkan PA mengembang seiring dengan bertambahnya kelembaban.
Soeprijono et al. (1975) menjelaskan sifat-sifat dari nylon 6.6, sbb:
1)  Kekuatan dan mulur
Nylon memiliki kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 gram/denier dan 18% sampai 4,3 gram/denier dan 45%. Kekuatan basahnya 80 – 90% kekuatan kering.
2)  Tahan gosokan dan tekukan
Nylon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokan nylon kira-kira 4 – 5 kali tahan gosok wol.
3)  Elastisitas
Nylon selain mempunyai kemuluran yang tinggi (22%). Pada penarikan 8% nylon elastis 100%, dan pada penarikan sampai 16% nylon masih mempunyai elastisitas 91%.
4)  Berat jenis
Berat jenis nylon adalah 1,14 gr/cm3.
5)  Titik leleh
Nylon meleleh pada suhu 263°C dalam atmosfir nitrogen dan di udara meleleh pada suhu 250°C. Nylon dalam pemanasan di udara pada suhu 150°C selama 5 jam akan berubah kekuning-kuningan. Apabila nylon dibakar akan meleleh dan tidak membantu pembakaran.
6)  Sifat kimia
Nylon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nylon tahan terhadap asam-asam encer, tetapi dengan asam klorida pekat mendidih selama beberapa jam, nylon akan terurai menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium hidrokhlorida.
Nylon sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan natrium hidroksida 10% pada suhu 85°C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan  nylon sebanyak 5%.
Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan nylon adalah asam formiat, kresol dan fenol.
7)  Sifat biologi
Nylon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
8)  Moisture regain
Moisture regain adalah prosentase pengembalian kelembaban suatu bahan pada RH tertentu. Moisture regain nylon pada kondisi standar (RH 65% dan suhu 21°C) sebesar 4,2%.
9)  Kilau
Sebelum penarikan nylon berwarna suram, tetapi setelah penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila serat ingin lebih berkilau, serat yang agak suram dimasukkan ke dalam campuran polimerisasi yang telah ditambahkan titanium dioksida.
10)  Pengaruh sinar
Nylon seperti serat tekstil lain akan terdegradasi oleh pengaruh sinar, tetapi ketahanannya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, sutera berkurang kekuatannya 85%, nylon biasa 23%, nylon agak suram 50%, dan kapas hanya 18%.
11)  Sifat listrik
Nylon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat menimbulkan listrik statis.
12) Pengaruh panas dan lembab
Pengerjaan dengan panas dan lembab akan memberi bentuk yang tetap pada nylon, yaitu bentuknya akan tetap selama nylon tersebut dikerjakan pada suhu pengerjaan pertama (285°C – 290°C).
13)  Radiasi nuklir
Penggunaan radiasi nuklir dalam produksi serat pada umumnya menyebabkan terjadinya degradasi serat. Tetapi dengan dosis radiasi tertentu dan cara tertentu dapat dibuat timbulnya rantai cabang pada permukaan serat nylon. Apabila nylon diradiasi dengan kobalt 60, maka sebagian atom pada rantai polimer nylon akan menjadi radikal, sehingga kalau disekelilingnya terdapat monomer, maka radikal-radikal tersebut akan tumbuh rantai cabang baru.
Dengan demikian monomer tertentu pada rantai nylon dapat dicangkokkan rantai cabang polimer lain, sehingga dapat memperbaiki sifat nylon. Misalnya dengan metal-metakrilat, akan menaikkan daya serap lembab sehingga timbulnya listrik statis dapat dikurangi. Pencangkokkan polistiren pada poliamida, menyebabkan seratnya lebih tahan cuaca.

http://andhikaprima.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar