PA merupakan salah satu serabut sintesis. Menurut Klust
(1983a), PA diproduksi dalam beberapa tipe yang berbeda sesuai dengan komponen
kimia masing-masing serat sifat-sifatnya. Setiap tipe ditandai dengan suatu
bilangan yang ditambahkan pada setiap nama umum dan penunjukkan jumlah atom
karbon dalam komponen (monomer). Tipe PA yang umum di pasaran adalah PA 6.6 dan
PA 6. Polyamide juga dikenal dengan nama dagang nylon.
Polyamide 6.6 mempunyai dua komponen, hexamethylene
diamine dan adipic acid yang masing-masing mengandung 6 atom karbon.
Serabut ini dikembangkan tahun 1935 oleh W.H. Carothers (USA) salah seorang
ilmuwan terkenal dalam bidang ilmu kimia tentang macro molecules.
Adapun PA 6, pada awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon dibuat dari satu
monomer yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom karbon dan
dikembangkan tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman bernama P. Schlack.
Klust (1983a) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam bidang
perikanan tidak ada perbedaan antara kedua tipe PA tersebut. Karena secara
praktis mempunyai sifat-sifat mekanis yang sama. Benang dan jaring yang berasal
dari PA 6 atau PA 6.6 bila dibuat dengan cara yang persis sama akan sama
baiknya.
PA memiliki kekuatan putus tertinggi pada kondisi bersimpul
dan basah. Selain itu PA juga bersifat elastis, berdiameter kecil dan tahan
gesekan. PA diklasifikasikan sebagai crystalline polymer. Bentuk
area crystalline disebabkan oleh kelompok amida dari polimer menjadi
polar. PA memiliki sifat, bahwa beberapa atom tidak membagi elektron dengan
jumlah yang sama. Air yang merupakan molekul polar. Ketika molekul PA
berinteraksi dengan air, maka terbentuk rantai lemah antara keduanya. Jika
proses tersebut berlanjut, molekul air akan berdifusi masuk ke dalam material
melalui pori-pori dan menekan rantai polimer sehingga terlepas. Hal ini
menyebabkan PA mengembang seiring dengan bertambahnya kelembaban.
Soeprijono
et al. (1975) menjelaskan sifat-sifat dari nylon 6.6, sbb:
1) Kekuatan
dan mulur
Nylon memiliki kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8
gram/denier dan 18% sampai 4,3 gram/denier dan 45%. Kekuatan basahnya 80 – 90%
kekuatan kering.
2) Tahan
gosokan dan tekukan
Nylon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan
gosokan nylon kira-kira 4 – 5 kali tahan gosok wol.
3) Elastisitas
Nylon selain mempunyai kemuluran yang tinggi (22%). Pada
penarikan 8% nylon elastis 100%, dan pada penarikan sampai 16% nylon masih
mempunyai elastisitas 91%.
4)
Berat jenis
Berat jenis nylon adalah 1,14 gr/cm3.
5) Titik
leleh
Nylon meleleh pada suhu 263°C dalam atmosfir nitrogen dan di
udara meleleh pada suhu 250°C. Nylon dalam pemanasan di udara pada suhu 150°C
selama 5 jam akan berubah kekuning-kuningan. Apabila nylon dibakar akan meleleh
dan tidak membantu pembakaran.
6) Sifat
kimia
Nylon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering.
Nylon tahan terhadap asam-asam encer, tetapi dengan asam klorida pekat mendidih
selama beberapa jam, nylon akan terurai menjadi asam adipat dan heksametilena
diamonium hidrokhlorida.
Nylon
sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan natrium hidroksida 10%
pada suhu 85°C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nylon sebanyak 5%.
Pelarut-pelarut
yang biasa untuk melarutkan nylon adalah asam formiat, kresol dan fenol.
7) Sifat
biologi
Nylon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
8) Moisture
regain
Moisture regain adalah prosentase pengembalian
kelembaban suatu bahan pada RH tertentu. Moisture regain nylon pada
kondisi standar (RH 65% dan suhu 21°C) sebesar 4,2%.
9) Kilau
Sebelum penarikan nylon berwarna suram, tetapi setelah
penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila serat ingin lebih berkilau,
serat yang agak suram dimasukkan ke dalam campuran polimerisasi yang telah
ditambahkan titanium dioksida.
10) Pengaruh
sinar
Nylon seperti serat tekstil lain akan terdegradasi oleh
pengaruh sinar, tetapi ketahanannya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan
sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, sutera berkurang
kekuatannya 85%, nylon biasa 23%, nylon agak suram 50%, dan kapas hanya 18%.
11)
Sifat listrik
Nylon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat
menimbulkan listrik statis.
12) Pengaruh
panas dan lembab
Pengerjaan dengan panas dan lembab akan memberi bentuk yang
tetap pada nylon, yaitu bentuknya akan tetap selama nylon tersebut dikerjakan
pada suhu pengerjaan pertama (285°C – 290°C).
13) Radiasi
nuklir
Penggunaan radiasi nuklir dalam produksi serat pada umumnya
menyebabkan terjadinya degradasi serat. Tetapi dengan dosis radiasi tertentu
dan cara tertentu dapat dibuat timbulnya rantai cabang pada permukaan serat
nylon. Apabila nylon diradiasi dengan kobalt 60, maka sebagian atom pada rantai
polimer nylon akan menjadi radikal, sehingga kalau disekelilingnya terdapat
monomer, maka radikal-radikal tersebut akan tumbuh rantai cabang baru.
Dengan demikian monomer tertentu pada rantai nylon dapat
dicangkokkan rantai cabang polimer lain, sehingga dapat memperbaiki sifat
nylon. Misalnya dengan metal-metakrilat, akan menaikkan daya serap lembab
sehingga timbulnya listrik statis dapat dikurangi. Pencangkokkan polistiren
pada poliamida, menyebabkan seratnya lebih tahan cuaca.
http://andhikaprima.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar