Sabtu, 29 Desember 2012
POLIMER SUPERABSORBEN
Superabsorben
pada hakikatnya adalah polimer berikatan silang yang mempunyai kemampuan
mengabsorbsi air ratusan kali dari berat keringnya, tetapi tidak larut dalam
air dikarenakan adanya struktur 3 dimensi pada jaringan polimernya. Polimer ini
hampir seluruh bagian bentuknya terdiri dari air. Namun demikian, polimer
superabsorben juga menunjukkan sifat padatan disebabkan adanya jaringan yang
terbentuk akibat reaksi ikatan silang (Erizal, 2009).
Pada
awalnya polimer superabsorben dibuat dari selulosa atau polivinil
alkohol yang mempunyai gugus hidrofilik
dan mempunyai daya afinitas
tinggi terhadap air. Polimer superabsorben jenis ini mempunyai beberapa kelemahan di antaranya kapasitas absorpsi relatif kecil, kurang stabil terhadap
perubahan pH, suhu, dan sifat fisiknya tidak baik. Dewasa ini sedang
dikembangkan polimer superabsorben dari polimer organik yang dimodifikasi
dengan mineral alam seperti bentonit, kuarsa, dan silika. Polimer superabsorben
hasil modifikasi ini mempunyai sifat fisik dan kimia yang jauh lebih baik.
Polimer superabsorben dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.
Berdasarkan morfologinya,
diklasifikasikan menjadi polimer
serbuk, partikel, bola, serat, membran, dan emulsi (Elliot 1997).
Ditinjau
dari jenis bahan penyusunnya ada polimer superabsorben makromolekul alam,
semipolimer sintetis, dan polimer
sintetis, sedangkan dilihat dari proses pembuatannya dapat dibedakan menjadi
polimer cangkok dan polimer taut-silang.
Gugus utama polimer superabsorben adalah
gugus hidrofilik misalnya gugus
karboksilat (-COOH) yang mudah menyerap air. Ketika polimer superabsorben
dimasukkan ke dalam air atau pelarut akan terjadi interaksi antara polimer dan molekul air.
Modifikasi pati menjadi superabsorben terjadi pada gugus hidroksil. Ikat silang
akan menyebabkan superabsorben berbentuk 3 dimensi yang menciptakan ruang untuk
memerangkap molekul air. Ikat silang
juga mencegah pembengkakan tak terbatas yang
terjadi bila superabsoben sudah
memerangkap air . Interaksi yang
dominan terjadi adalah hidrasi
(Elliot 1997).
Karena
karakteristiknya yang unggul maka superabsorben dipakai secara luas seperti
agrikultur, holtikultur, sanitasi, dan medis. Kemampuan gel yang membengkak dan
melepaskan air ke sekelilingnya secara terkendali telah menjadikan material
superabsorben dipakai untuk produk-produk pengendali kelembaban, keperluan
farmasi, dan sebagai pengkondisi tanah. Karakteristik lain dari superabsorben adalah
sifat seperti karet alam yang dapat digunakan untuk mengendalikan konsistensi
produk dalam bidang kosmetik, dan dipakai untuk memberi sifat-sifat yang
berdampak segel untuk produk-produk yang kontak dengan air atau larutan encer,
seperti kawat dan kabel bawah tanah (Kiatkamjornwong et al., 2007).
Ikatan utama polimer superabsorben
adalah gugus hidrofilik karena terdiri dari gugus asam karboksilat (-COOH) yang
mudah menyerap air. Adanya ikatan silang dalam polimer superabsorben
menyebabkan polimer tidak larut dalam air atau pelarut. Setelah mencapai tahap
kesetimbangan, air yang terserap akan terikat dengan gugus karboksilat
membentuk ikatan hidrogen. Pada akhirnya air yang terserap akan tetap tertahan
pada polimer superabsorben sehingga polimer mengalami penggembungan.
POLYAMIDE (PA)
PA merupakan salah satu serabut sintesis. Menurut Klust
(1983a), PA diproduksi dalam beberapa tipe yang berbeda sesuai dengan komponen
kimia masing-masing serat sifat-sifatnya. Setiap tipe ditandai dengan suatu
bilangan yang ditambahkan pada setiap nama umum dan penunjukkan jumlah atom
karbon dalam komponen (monomer). Tipe PA yang umum di pasaran adalah PA 6.6 dan
PA 6. Polyamide juga dikenal dengan nama dagang nylon.
Polyamide 6.6 mempunyai dua komponen, hexamethylene
diamine dan adipic acid yang masing-masing mengandung 6 atom karbon.
Serabut ini dikembangkan tahun 1935 oleh W.H. Carothers (USA) salah seorang
ilmuwan terkenal dalam bidang ilmu kimia tentang macro molecules.
Adapun PA 6, pada awalnya dikenal dengan nama dagang Perlon dibuat dari satu
monomer yang disebut caprolactam yang mengandung 6 atom karbon dan
dikembangkan tahun 1937/1938 oleh ilmuwan kimia dari Jerman bernama P. Schlack.
Klust (1983a) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam bidang
perikanan tidak ada perbedaan antara kedua tipe PA tersebut. Karena secara
praktis mempunyai sifat-sifat mekanis yang sama. Benang dan jaring yang berasal
dari PA 6 atau PA 6.6 bila dibuat dengan cara yang persis sama akan sama
baiknya.
PA memiliki kekuatan putus tertinggi pada kondisi bersimpul
dan basah. Selain itu PA juga bersifat elastis, berdiameter kecil dan tahan
gesekan. PA diklasifikasikan sebagai crystalline polymer. Bentuk
area crystalline disebabkan oleh kelompok amida dari polimer menjadi
polar. PA memiliki sifat, bahwa beberapa atom tidak membagi elektron dengan
jumlah yang sama. Air yang merupakan molekul polar. Ketika molekul PA
berinteraksi dengan air, maka terbentuk rantai lemah antara keduanya. Jika
proses tersebut berlanjut, molekul air akan berdifusi masuk ke dalam material
melalui pori-pori dan menekan rantai polimer sehingga terlepas. Hal ini
menyebabkan PA mengembang seiring dengan bertambahnya kelembaban.
Soeprijono
et al. (1975) menjelaskan sifat-sifat dari nylon 6.6, sbb:
1) Kekuatan
dan mulur
Nylon memiliki kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8
gram/denier dan 18% sampai 4,3 gram/denier dan 45%. Kekuatan basahnya 80 – 90%
kekuatan kering.
2) Tahan
gosokan dan tekukan
Nylon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan
gosokan nylon kira-kira 4 – 5 kali tahan gosok wol.
3) Elastisitas
Nylon selain mempunyai kemuluran yang tinggi (22%). Pada
penarikan 8% nylon elastis 100%, dan pada penarikan sampai 16% nylon masih
mempunyai elastisitas 91%.
4)
Berat jenis
Berat jenis nylon adalah 1,14 gr/cm3.
5) Titik
leleh
Nylon meleleh pada suhu 263°C dalam atmosfir nitrogen dan di
udara meleleh pada suhu 250°C. Nylon dalam pemanasan di udara pada suhu 150°C
selama 5 jam akan berubah kekuning-kuningan. Apabila nylon dibakar akan meleleh
dan tidak membantu pembakaran.
6) Sifat
kimia
Nylon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering.
Nylon tahan terhadap asam-asam encer, tetapi dengan asam klorida pekat mendidih
selama beberapa jam, nylon akan terurai menjadi asam adipat dan heksametilena
diamonium hidrokhlorida.
Nylon
sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan natrium hidroksida 10%
pada suhu 85°C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nylon sebanyak 5%.
Pelarut-pelarut
yang biasa untuk melarutkan nylon adalah asam formiat, kresol dan fenol.
7) Sifat
biologi
Nylon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
8) Moisture
regain
Moisture regain adalah prosentase pengembalian
kelembaban suatu bahan pada RH tertentu. Moisture regain nylon pada
kondisi standar (RH 65% dan suhu 21°C) sebesar 4,2%.
9) Kilau
Sebelum penarikan nylon berwarna suram, tetapi setelah
penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila serat ingin lebih berkilau,
serat yang agak suram dimasukkan ke dalam campuran polimerisasi yang telah
ditambahkan titanium dioksida.
10) Pengaruh
sinar
Nylon seperti serat tekstil lain akan terdegradasi oleh
pengaruh sinar, tetapi ketahanannya masih jauh lebih baik dibandingkan dengan
sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, sutera berkurang
kekuatannya 85%, nylon biasa 23%, nylon agak suram 50%, dan kapas hanya 18%.
11)
Sifat listrik
Nylon merupakan isolator yang baik, sehingga dapat
menimbulkan listrik statis.
12) Pengaruh
panas dan lembab
Pengerjaan dengan panas dan lembab akan memberi bentuk yang
tetap pada nylon, yaitu bentuknya akan tetap selama nylon tersebut dikerjakan
pada suhu pengerjaan pertama (285°C – 290°C).
13) Radiasi
nuklir
Penggunaan radiasi nuklir dalam produksi serat pada umumnya
menyebabkan terjadinya degradasi serat. Tetapi dengan dosis radiasi tertentu
dan cara tertentu dapat dibuat timbulnya rantai cabang pada permukaan serat
nylon. Apabila nylon diradiasi dengan kobalt 60, maka sebagian atom pada rantai
polimer nylon akan menjadi radikal, sehingga kalau disekelilingnya terdapat
monomer, maka radikal-radikal tersebut akan tumbuh rantai cabang baru.
Dengan demikian monomer tertentu pada rantai nylon dapat
dicangkokkan rantai cabang polimer lain, sehingga dapat memperbaiki sifat
nylon. Misalnya dengan metal-metakrilat, akan menaikkan daya serap lembab
sehingga timbulnya listrik statis dapat dikurangi. Pencangkokkan polistiren
pada poliamida, menyebabkan seratnya lebih tahan cuaca.
http://andhikaprima.wordpress.com
SENAR MONOFILAMEN (MONOFILAMENT LINE)
Monofilament
Line
Sesuai dengan
namanya, senar monofilamen (monofilament
line) adalah tali pancing atau senar pancing yang menggunakan serat
tunggal atau mono. Senar
pancing ini merupakan senar yang paling murah yang dijual di pasaran, mengingat
biaya pembuatannya yang cukup murah yaitu dibuat dari pencampuran polimer yang
dilebur dengan bahan lain dan dikeluarkan melalui lubang – lubang kecil, sesuai
dengan ukuran yang diinginkan, semakin tebal diameter senar pancingnya semakin
kuat kekuatannya.
Senar monofilamen dapat ditemukan di toko pancing di kota anda dengan warna – warni seperti putih, hijau, biru dan warna terang flourescent yang dapat menyala jika dalam gelap, tentu saja setelah mendapatkan cahaya secukupnya. Jenis Senar monofilamen hanya cocok digunakan pada pemancingan di air tawar, atau pemancingan kolam yang tidak membutuhkan panjang senar yang berlebihan atau lebih umum dikatakan senar ini hanya cocok untuk pemancingan sehari-hari.
Senar monofilamen dapat ditemukan di toko pancing di kota anda dengan warna – warni seperti putih, hijau, biru dan warna terang flourescent yang dapat menyala jika dalam gelap, tentu saja setelah mendapatkan cahaya secukupnya. Jenis Senar monofilamen hanya cocok digunakan pada pemancingan di air tawar, atau pemancingan kolam yang tidak membutuhkan panjang senar yang berlebihan atau lebih umum dikatakan senar ini hanya cocok untuk pemancingan sehari-hari.
Penggunaan senar
monofilamen sangat baik pada pemancingan tipe casting dimana umpan berputar – putar
di permukaan dan memang karakter senar pancing ini adalah mengapung di
permukaan air, sehingga cocok sekali dengan metode pancing casting.
Penggunaannya pada peralatan nelayan seperti jaring juga akan membawa efek
mengapung sehingga tidak terlalu berat saat di dalam air
Senar monofilamen/ monofilament line memiliki kelemahan jika terlalu lama berada di air laut bahkan mengurangi sensitifitas saat berada di kedalaman air laut dikarenakan ia bisa menyerap kandungan air, Namun meski demikian senar monofilamen merupakan senar pancing yang favorit karena harganya yang murah dan terjangkau oleh semua kalangan pemancing. Senar ini sering dipakai juga oleh para nelayan untuk membuat jaring atau jala.
Senar monofilamen/ monofilament line memiliki kelemahan jika terlalu lama berada di air laut bahkan mengurangi sensitifitas saat berada di kedalaman air laut dikarenakan ia bisa menyerap kandungan air, Namun meski demikian senar monofilamen merupakan senar pancing yang favorit karena harganya yang murah dan terjangkau oleh semua kalangan pemancing. Senar ini sering dipakai juga oleh para nelayan untuk membuat jaring atau jala.
Untuk menyimpan Senar
monofilamen / monofilament line juga diperlukan trik khusus. Senar monofilamen
dalam berjalannya waktu akan mengalami degradasi kelenturannya dikarenakan
terkena sinar matahari atau terkena panas, maka sebaiknya jika anda menyimpan
senar ini dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya anda sering mengganti
gulungannya ke spool yang lain untuk mengganti posisi atas menjadi yang
bawah dan sebaliknya sehingga tingkat kekerasan dan kekuatan senarnya masih
dapat terjaga.
Sumber: http://to2kyw.blogspot.com/2009/11/senar-monofilamen-monofilament-line.html
Langganan:
Postingan (Atom)